burung - burung bertebaran





















































date, hour and day

ELDO TOBING

kursor bintang berjatuhan

energy saving

Guest Book

Minggu, 12 Desember 2010

Postmodernisme Dalam Globalisasi

Pada abad ke-17, di Eropa telah dimulai sebuah era yang dinamakan Enlightenment dimana mempengaruhi bukan hanya Eropa saja, melainkan dunia. Era ini menyebabkan ilmu sains maju pesat. Pengaruh ilmu sains ini juga masuk ke dalam ilmu sosial dimana pengaruh berupa penerapan prinsip - prinsip ilmu sains terhadap ilmu sosial yang kemudian dikenal dengan positivisme. Sesuai perkembangan zaman, maka muncullah pengkritik terhadap positivisme seperti Jean-François Lyotard, Michael Foucault, Jacques Derrida, Gilles Deleuze. Para pengkritik ini kemudian secara umum diistilahkan oleh banyak orang sebagai kaum postmodernis itu.
Postmodernisme sebenarnya bentuk perlawanan terhadap modernisme yang dianggap tidak berhasil mengangkat martabat manusia (Filsuf Perancis Jean Francois lyotard). Postmodernisme adalah pengembangan dari modernitas itu sendiri. Postmodernisme adalah aliran pemikiran dan paradigma baru yang merupakan antitesis dari modernisme yang dinilai gagal dan tidak relevan dengan perkembangan zaman. Di studi HI juga telah terjadi pola-pola baru dalam interaksi antar aktor hubungan internasional sehingga menyebabkan transformasi dalam sistem internasioal dari era modern ke postmodern. Banyak aspek di berbagai bidang yang mengalami perkembangan, terutama setelah berkembang pesatnya teknologi informasi yang membuat batas – batas negara menjadi kabur, berperannya aktor diluar negara dalam sistem internasional dan kemajuan ekonomi, sehingga muncullah permasalahan baru pula yang tidak pernah ada pada masa modern seperti masalah migrasi, pasar keuangan, kriminalitas transnasional dan lainnya. Sistem internasional postmodern menggambarkan realitas baru dalam hubungan internasional yang mana ditandai dengan terbentuknya interaksi baru dan aktor serta struktur baru yang berbeda dengan masa modern. Perkembangan ini membuat struktur dalam sistem internasional postmodern terbentuk dari suatu jaringan-jaringan interaksi dimana tidak ada struktur dan unit yang dominan karena mereka berjalan berdasarkan sektor dan perannya masing-masing. Dalam tulisannya Bary Buzan dan Richard Little mendefinisikan postmodern yang dipakai untuk menggambarkan suatu situasi pasca modernitas yang ditanda dengan pola-pola interaksi baru dalam sistem internasional.
Sebelum itu kita harus mengetahui dasar pemikiran perspektif ini. Kajian teoritis kritis posmodernisme itu sendiri meliputi hubungan kekuasaan dan pengetahuan, pandangan problematis terhadap negara berdaulat mencakup perspektif kekerasan, batas negara, dan identitas, “statecraft”. Perspektif ini membahas banyak mengenai hubungan power dan pengetahuan yang menurutnya kedua hal ini saling mendukung dan mempengaruhi secara langsung (Foucault, 1977 dalam Devetak, 2004: 162). Pengetahuan tidak bisa lepas dari bias kekuasaan dan dalam prakteknya pengetahuan selalu digerakkan oleh kepentingan tertentu. Aliran Posmodernisme berkembang dengan metode analisa yang disebut “Genealogy” yang memfokuskan pada usaha melacak pengertian suatu hal sesuai dengan arti originnya. Aliran Posmodernisme menggali lebih sehingga ditemukan arti yang belum terungkap bahkan dikecualikan dalam penulisan sejarah (Devetak, 2004: 163). Seorang Posmodernis mendukung gagasan adanya “pluralist perspectives”(Devetak, 200: 164). “Pluralist perspectives” mempunyai gagasan bahwa suatu persoalan tidak dilihat menggunakan perspektif tunggal tetapi menggunakan banyak nilai. Dari segi indentitas maupun komunitas, para sarjana postmodern menganut ide globalisasi bukan karena hal ini menggambarkan proses atau material yang nyata, tetapi ide ini mewakili sebuah pertentangan yang kuat terhadap state centris dalam HI. Kaum posmodernis juga sensitive terhadap relasi kekuasaan yang mendasari wacana globalisasi. Globalisasi dapat mendorong timbulnya bentuk indentifikasi dan ekspresi indentitas yang melintasi batas negara.
Opini
Posmmodernisme selalu berupaya untuk menemukan dan mengungkap hal-hal baru yang seolahh disembunyikan dan menggalinya terus menerus untuk mendapatkan pengetahuan lebih dalam pengertian yang sebenarnya, tetapi tidak untuk menemukan teori baru. Perspektif ini seringkali mengkontruksi ulang pengertian yang sudah ada dan menggantinya dengan gambaran serangkaian realita. Pandangan saya mengenai penggunaan beberapa jenis metode termasuk genealogi ini sudah baik, karena untuk mendapatkan kebenaran yang sebenar – benarnya. Tapi ada beberapa kritik terhadap postmodernisme seperti ia tidak memberikan cara dalam membedakan bentuk pengetahuan yang baik dan buruk. Kemudian perspektif ini tidak punya ‘relevansi’ nyata dengan HI, dengan kata lain tidak berorientasi pada kebijakan sehingga tidak bisa member bentuk pada pelaksanaan HI. Kritik yang terakhir yaitu postmodernisme sebagai paham yang menghilangkan pengaruh kekuasaan karena ia tidak mempunyai konsepsi agensi yang jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar