burung - burung bertebaran





















































date, hour and day

ELDO TOBING

kursor bintang berjatuhan

energy saving

Guest Book

Sabtu, 16 April 2011

ELDO TOBING

Selasa, 05 April 2011

variasi belajar dalam gaya berpikir

1. Apa yang dimaksud dengan variasi budaya dalam gaya berpikir ?
Ada kecenderungan bahwa seseorang yang berasal dari budaya yang berbeda selalu memiliki tujuan yang berbeda pula dalam hal berpikir dan belajar. Tujuan yang berbeda ini memberi hasil yang berbeda pula seperti cara mahasiswa merespon suatu topik ataupun suatu permasalahan dan bagian kontroversial dari suatu penelitian. Disini akan diambilmengenai hal tersebut dengan contoh seorang mahasiswa Jepang yang melanjutkan studi di Australia di jurusan Ekonomi. Dia gagal di semester pertamanya di universitas tersebut. Mahasiswa tersebut mempunyai kemampuan berbahasa Inggris yang buruk dan juga pemalu. Hal ini dikarenakan karena adanya ketergantungan kepada teks lama berbahasa Jepang daripada berusaha menulis buku bahasa Inggris. Ini mengakibatkan gugup dalam perkuliahan dan tidak pernah berbicara, akhirnya dia tidak mengerjakan tugas dan gagal dalam ujian tahunan. Misalnya dalam tugas membandingkan Friedman dan Samuelson, mahasiswa Jepang tersebut menjelaskan secara detail mulai dari latar belakang keluarga dan kehidupan pribadi hingga mempublikasikan analisis ekonominya dari zaman Eropa setelah perang. Padahal yang dibutuhkan oleh pengajar yaitu persamaan dan perbedaan yang signifikan dari kedua pandangan ini dan kemudian mengevaluasinya. Mahasiswa ini terpengaruh dengan cara menulis esai di negaranya dan tidak langsung pada point nya yaitu berupa analisis kritis.
2. Perilaku Budaya untuk Belajar
Setiap negara mempunyai tradisi tidak hanya bagaimana mahasiswa belajar tetapi bagaimana seharusnya belajar. Seperti ada mahasiswa yang mencari bahan kuliahnya sendiri dan ada dosen telah memberikan materi kuliah. Pada tahap sekolah di Australia, siswa belajar dengan menghafal informasi, menyelesaikan masalah dan men gikuti prosedur dari giri. Swdangkan di tingkat universitas, menggunakan pendekatan analitis yang berarti bukan hanya menghafal tetapi juga bertanya dan berpikir kritis mengenai pengetahuan. Secara berangsur-angsur mahasiswa dianjurkan untuk melakukan spekulasi dan mengembangkan penelitian mandiri.
3. Pengaruh budaya dalam gaya menulis dan persentasi
Kaplan menggambarkan bahwa perbedaan budaya menghasilkan pendekatan yang berbeda dalam berpikir dan meulis, seperti bahasa berbeda dari setiap mereka. Dia mengatakan sedikitnya ada 5 pola dalam struktur yang disebut paragraf expository. Seperti budaya barat dimana membedakan pola Inggris yang disebut linear, sedangkan pola Roma dan Russia yang mengizinkan perbedaan dari ide sentral. Kaplan juga mengindentifikasikan pola semitic yang meliputi Arab yang menekankan pemngembangan ide melalui paralelisme/ Kesemuanya itu disebut pola oriental umum.
Pengalaman Belajar selama ini
Selama ini metode belajar yang digunakan ialah menghafal materi yang diberikan oleh guru dimana hal ini dilakukan hingga awal – awal masuk universitas sehingga cenderung sama dengan bahan guru tanpa adanya pengembangan materi dari referensi lainnya. Akibat dari meode ini akhirnya menyebabkan pengetahuan yang didapat hanya fokus pada materi guru. Setelah masuk universitas, proses berpikir secara analisis pun mulai terbentuk dengan cara mengkritisi pendapat dari para ahli dan pakar pengetahuan. Tetapi metode ini tidaklah maksimal karena analisis tersebut dilakukan dengan cara mengambil bahan kritikan yang dilakukan oleh orang lain atau copy paste. Belajar seperti ini tidaklah efektif karena tidak mendapatkan suatau bentukan pemikiran yang murni. Tetapi setelah menjalani proses tersebut, kemudian berubalah metode belajar dengan cara memahami materi yang dibantu dengan konsep mind mapping dan mulai memcari persektif- perspektif lain yang selain yang diajarkan oleh dosen di perkuliahan. Ini kemudian menjadi metode belajar. Metode belajar menghafal hanya membuat seseorang ingat dalam waktu singkat dan lebih baik memahami yang akan diingat dalam waktu yang lebih lama dan tidak terpaku oleh kata- kata.

The Belief System and National Images

Terdapat dua permasalahan terkait yang menjadi fokus perhatian yaitu :
1. Hubungan antara sistem kepercayaan, persepsi dan pembuatan keputusan. Pembuatan keputusan lebih bertindak atas ‘citra’ dari keadaan yang ada daripada atas ‘objektivitas’ realitas dan telah didemonstrasikan pada sistem kepercayaan.
2. Dalam lingkup yang lebih luas dari hubungan sistem kepercayaan-persepsi-pembuatan keputusan terdapat perhatian yang tinggi kepada stereotyped dari citra nasional yang menjadi faktor penting dalam sistem internasional.
Hubungan citra nasional terhadap konflik internasional jelas yaitu pembuat keputusan yang bertindak atas pendefinisian situasi dan citra negaranya serta tindakan mereka sendiri. Jadi konflik internasional terjadi karena penyimpangan citra negara bukan karena negara.
Sistem kepercayaan terdiri dari beberapa ‘images atau citra’ pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang, termasuk akumulasi semuanya, mengorganisasikan pengetahuan dimana organism tentang dirinya sendiri dan dunianya. Citra nasional menjadi bagian sistem kepercayaan dimana fungsinya untuk membangun tujuan dan mengorder preferensi. Ada 2 hubungan antara sistem kepercayaan dengan pembuatan keputusan dimana hubungan langsungnya ditemukan pada aspek sistem kepercayaan yang mengatakan ‘apa yang seharusnya terjadi’ bertindak sebagai direct guide dalam pembentukan tujuan. Hubungan tidak langsungnya yaitu peranan sistem kepercayaan yang bermain dalam proses scanning, selecting, filtering, linking, recording, organizing dan reporting. Sistem kepercayaan dan komponen pencitraannya cenderung bersifat dinamis dimana adanya interaksi yang terus menerus terhadap informasi baru tergantung pada tingkatan strukturnya apakah terbuka atau tertutup. Jadi citra nasional melakukan fungsi penting dalam proses kognitif, kecuali mereka bertepatan dalam beberapa hal dengan realitas pada umumnya. Citra yang keliru membuktikan efek distorsi dengan oleh peningkatan penafsiran ulang informasi yang tidak sesuai dengan citra. Ini terjadi pada model kaku seperti kapitalisme monopolistic dan komunisme totalitarian .
II. John Foster Dulles dan Uni Soviet
John Foster sebagai figur sentral dalam hal penelitian mengenai hubungan sistem kepercayaan dan persepsi dari negara lain. Contoh yang diambil yaitu Uni Soviet mengenai fasilitasi rekonstruksi aspek yang menonjol antara kedua hal ini. Sumber studinya diambil pada periode 1953-1959 di Uni Soviet yang berasal dari analisis isi 434 dokumen dan terbagi kedalam 4 kategori yaitu kebijakan , kapabilitas, sukses dan evaluasi umum dari Uni Soviet. Maka gambaran Dulles dari Soviet dibangun atas trinitas atheism, totalitarian dan komunis yang dibalut oleh kepercayaan yang dalam mengenai tidak ada tatanan sosial kronis yang dapat terereksi pada beberapa pondasi. Gambaran terhadap Uni soviet disebut model “inherent bad faith of the Communist” . Analisis Dulles fokus pada hubungan antara permusuhan dengan sukses, kapabilitas dan evaluasi umum Soviet. Contohnya pada kesepakatan negara Austria dimana berakhir dengan krisis di Mesir dan Hungaria. Dulles jelas merasa Permusuhan Soviet mengalami kemunduran. Dalam kasus kesepakatan negara Austria ini, dia menjelaskan kesepakatan Soviet dalam masa frustasi ( Kegagalan kebijakannya di Eropa), dan kelemahan ( Sistem yang menjadi point keruntuhan). Image dari Dulles ini mempengaruhi pembuatan keputusan Amerika selama periode ini. Ada beberapa bukti yang dapat dipertimbangkan, namun itu yang utama jika tidak sole arsitek dari kebijakan Amerika vis a vis dengan Blok Soviet.

Kegunaan Sistem Kebijakan Luar Negeri

Sistem ini sebagai alat pengatur yang memaksa kita untuk menetapkan variable yang relevan dan membangun batas diantara keduanya. Itu juga memaksa kita untuk mengambil sebuah sudut pandang, dengan jalan menyusun komponen mengenai bagaimana kita berpikir proses itu bekerja. Hal ini diperlukan untuk menyadari bahwa komponen dari sistem ini ditetapkan dengan fungsinya didalam sistem daripada hanya institusi formal ataupun kekuasaan politik. Misalnya seperti laporan tradisional kebijakan luar negeri Inggris dimana hanya skema fungsi dari pembuat keputusan menurut peranan resmi mereka dan institusi pemerintah dimana mereka berada, dapat dikatakan terbaik dari sebuah bagian cerita.
Kegunaan kedua dari pendekatan sistem yaitu akan mengizinkan kita untuk berkata seseuatu mengenai aktivitas umum dari kebijakan luar negeri., bukan hanya karakteristik mesin – mesin kebijakan luar negeri satui negara saja. Maka dari itu, kita dapat memperlakukan kebijakan luar negeri sebagai aktivitas negara dan sebagai fenomena politik dunia. Kebijakan luar dimengerti sebagai fungsi pemerintah dan juga bagian dari sistem internasional. Jadi kita dapat menggunakan pendekatan sistem untuk mengatur pikiran kita mengenai kebijakan luar negeri di kedua level itu.
Kegunaan ketiga dari pendekatan ini yaitu digunakan untuk tujuan komparasi. Contohnya yaitu seperti peranan supremasi Soviet di kebijakan luar negeri Uni Soviet hamper tidak dapat dibandingkan dengan peranan imbangannya di Britania, The house of Common, yang masih lebih sedikit dari kongres di USA. Pendekatan sistem ini memungkinkan kita untuk membandingkan tekanan dan permintaan mengenai pembuat keputusan dimananpun mereka muncul; faktor psikologis yang akan mempengaruhi kunci pembuat keputusan siapapun mereka dan sebagainya.

Permasalahan Sistem Kebijakan Luar Negeri
Kesuburan dari sistem perilaku menuntut adanya analisis dari kompleksitas yang besar dan tidak adanya jalan nyata untuk memutuskan keterbatasan hubungan. Bahkan pertimbangan singkat dari figure 2.2 mengindikasikan kedalaman analisis yang dibutuhkan untuk menjelaskan dimensi persepsi dari sistem. Di keseluruhannya,sistem kebijakan luar negeri membuat permintaan yang tidak mungkin terhadap mahasiswa yang sebagai subyek jika itu diatur sebagai sistem perilaku tindakan. Maka mahasiswa harus belajar mengenai semuanya untuk mengerti hal ini.
Masalah kedua menambahkan yang pertama, bahwa tidak mungkin memisahkan sistem hanya dengan belajar bagian tertentu saja dari itu tanpa melakukan kekerasan kepada gagasan utama jika itu mewakili sebuah proses. Hal itu tidak dapat dipelajari satu demi satu tanpa mengurangi itu dan itu berarti tidak lebih dari kerangka yang statis. Suatu studi, hanya dapat dinilai dari kepantasannya, bukan sebagai bagian dari penjelasan dari proses kebijakan.
Masalah ketiga melibatkan ‘operasionalisasi’ dari sistem. Hasil dari ini dikenal dengan masalah dinamisme. Terjadi dilemma dikarenakan sistem yang tidak dapat diterapkan ke dunia nyata di tingkat dari detail yang dibutuhkan, namun ketika bagian itu diterapkan sebagai langkah pertama untuk mendapatkan ambisius yang lebih, maka ini menyebabkan kehilangan perlunya dinamisme. Roy Jones berpendapat soal masalah ini : dinamika dari sistem dasar ini adalah yang penuh dengan gerakan, tetapi secara esensi tidak berubah dam tidak bergerak. Contoh ilustrasi dari Brecher dimana setelah membuat model tingkat lanjutan mengenai sistem kebijakan luar negeri ISRAEL, pekerjaan selanjutnya yaitu mencoba menerapkan sistem dengan mempelajari area tujuh kebijakan tertentu lebih dari periode 20 tahun. Hail pekerjaan ini tidak meragukan, mereka tidak cocok dengan mudah bersama-sama dan mereka tidak dapat membuat laporan yang memuaskan untuk proses dinamis dan terus-menerus dari pembuatan kebijakan luar negeri Israel. Yang terbaik yang dapat mereka katakana bagaimana sistem bekerja di peristiwa tertentu.
Pada akhirnya, pendekatan sistem kebijakan luar negeri dikritik karena keterbatasan metodologi. Dimana juga dalam faktanya tidak menawarkan penjelasan, terutama di bagian abstrak dan membuat ini menjadi tidak membantu. Itu tidak lebih daripada sebatas pengumpulan komponen. Sistem tersebut tidak mencoba untuk menjelaskan segalanya yang terjadi di kebijakan luar negeri dan dapat dikatakan ide dari sistem ini tidak banyak membantu. Maka dari itu, kita perlu membuat asumsi tentang bagaimana sistem diterapkan pada tingkatan tertentu atau kaitannya dengan permasalahan tertentu. Memang tidak ada penjelasan tunggal yang memadai untuk sepakat dengan kompleksitas kebijakan luar negeri, namun rangkaian asumsi dapat menghasilkan beberapa kemungkinan penjelasan yang memberikan sebuah wawasan kedalam regularitas dari perilaku di konteks tertentu, Adapun penggunaan pendekatan sistem yaitu untuk memahami.

Asumsi Sistem Kebijakan Luar Negeri
Sesuai dengan prinsip – prinsip pendekatan, setiap asumsi yang kita buat dapat dipakai terhadap keseluruhan sistem kebijakan luar negeri. Untuk mengasumsikan kebijakan rasional, sebagai contoh, tidak sederhana untuk mengatakan bahwa kunci pembuat keputusan bertindak rasional, tetapi keseluruhan sistem menerapkan cara seperti mengizinkan mereka untuk melakukan seperti itu. Konsep dari sistem, oleh karena itu sebagai alat untuk menindaklanjuti asumsi tentang bagaimana proses kebijakan luar negeri yang mungkin terlihat untuk bekerja. Semua konsep, model dan paradigma yang telah digariskan ke laporan untuk bekerjanya sistem yang berasal dari asumsi tertentu.

Formal Political Assumptions
Asumsi ini menekankan pentingnya keputusan ‘strategis’. ‘Strategis disini tidak digunakan dalam hal militer, tapi dimaksudkan semata – mata kepada kunci dari keputusan sebuah kebijakan dimana seperangkat kebijakan luar negeri atau bagian tertentu dari tindakan. Keputusan strategis merupakan bentuk paling nyata dari keputusan yang dapat diteliti. Sistem ini diasumsikan untuk menerapkan sehingga struktur dan menetapkan input dalam istilah alternatif yang mewujudkan nilai - nilai variasi politik yang merefleksikan masyarakat. Asumsi ini tidak mengabaikan bahwa persetujuan besar dari kebijakan luar negeri merupakan aliran yang berantakan dari tindakan tahap awal di semua tingkatan politik, tetapi itu menekankan tingkatan yang akan melanjutkan proses yang dicetak dan ditetapkan dengan waktu yang telah ditentukan dan pilihan politik yang menyakinkan. Gagasan dari keputusan merupakan pusat pandangan dari sistem luar negeri.
Contohnya,pemerintahan Inggris yang membuat rangkaian keputusan strategis terkait krisis Falkland tahun 1982 dimana kebijakan Inggris sebelumnya mengenai invasi pada 2 April tidak semuanya strategis; itu ditandai dengan kekurangan yang jelas dan pilihan berwenang di level politik yang tepat. Sekali krisis terjadi, maka pemerintahan Thatcher bereaksi dengan cara strategi yang tinggi. Keputusan kunci diambil untuk mengirimkan tugas tekanan yang menunjukkan kalau Inggris bersiap untuk perang, menenggelamkan General Belgrano, dan menginvasi pulau tersebut. Tetapi point kritisnya bukan kebjakan kunci yang diambil oleh pemimpin yang tepat yang dipertimbangkan alternative sebagai yang terbaik yang mereka bisa dan memilih bagian yang jelas untuk bertindak.
Dari asumsi ini dapat ditarik beberapa perspektif. Perspekif sstrategis yang dikenal dari kebijakan luar negeri dengan segala ide yang terkait menjadi contoh paling nyata. Jadi, negara dilihat dari actor kesatuan dari dunia, pemimpin harus menyatakan beberapa nilai nasional dan tujuan dan mengejar mereka dengan melibatkan dalam permainan keahlian negarawan. Perspektif ini tidak membuat sense, kecuali pemerintah membuat keputusan yang sungguh – sungguh.
Penerapan yang lebih spesifik dari asumsi ini yaitu melalui perspektif demokratis pembuatan kebijakan luar negeri dimana proses itu konsisten dengan control public dan akuntabilitas. Esensinya ialah studi yang lebih konsisten terhadap nilai sosial. Jdi pemimpin demokratis dibebankan dengan mengambil keputusan strategis yang dapat diterima sebagai respon kepada input yang telah disaring melalui saluran dimana subjeknya mewakili tindakan.
Contohnya yaitu ujian Frankel’s dari kebijakan luar negeri Inggris dimana dia menetapkan sistem politik sebagai respon setelah 1945 dan dia mengikuti jejak fungsi sistem tersebut sebagai respon terhadap tantangan ini melalui pekerjaannya sebagai elit politik inggris, partai politik dan perilaku public.
Lebih luasnya lagi, perspektif ditarik berdasarkan asumsi umum yaitu pembuatan keputusan yang rasional. Perspektif ini menawarkan petunjuk untuk elemen normative implisitnya. Contohnya seperti keputusan dari Thatcher pada 1982 dimana kuncinya bukan hanya seorang pemimpin yang membuat keputusan, tetapi keputusan yang sebagai hasil dari proses analisis. Dengan istilah idealnya sistem tersebut bertindak dengan skema dan analisis yang menjadi bagian alternatif dari kemungkinan tindakan dan pembuat keputusan kemudian akan memilih bagian yang paling optimal. Ada perspektif umum yang menyatakan kalau keputusan luar negeri benar maka itu rasional, sedangkan salah itu irasional. Tetapi bukan seperti itu, kita dapat mengatakan irasional ketika keputusan dimana actor menetapkan pilihan tertentu, memutuskan satu dari mereka yang paling sesuai dan alasan yang berdasarkan sifat keras kepala.atau menentang terhadap sesuatu yang berbeda. Sedangkan kerasionalan sebagai gagasan yang ambigu di konteks ini dan perspektif ini dimengerti semata – mata penuh tujuan, pembuat keputusan analitis.

READING ACADEMICALLY

Metode QUASAR
Quasar merupakan metode yang membantu kamu untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis dan terdiri dari :
Q Question , A = (be) Active, S = System, A = Analyse, R = Reflect
U
Perbedaan surface Approach dan Deep Approach dalam Membaca
Surface Approach = - Bermaksud menyelesaikan persyaratan tugas
- Mengingat Informasi yang dibutuhkan untuk penilaian
- Gagal membedakan prinsip – prinsip dari contoh
- Memperlakukan tugas sebagai paksaan dari luar
- Fokus terhadap elemen berbeda tanpa integrasi.
Deep Approach = - Bemaksud untuk mengerti
- Mengetahui konten bacaan
- Menghubungkan ide baru dengan pengetahuan sebelumnya.
- Menghubungkan konsep dengan pengalaman sehari-hari
- Menguji logika berargumen
Membaca Efisien
Dalam membaca agar efisien dan efektif, maka ada 3 hal yang dibutuhkan yaitu:
1. Meningkatkan kecepatan membaca = Hal ini dilakukan dengan melatih terus-menerus seperti gerakan mata, jeda dan pengenalan karakter. Kemudian menghindari pengulangan bacaan dan memvariasikan gaya serta kecepatan membaca sesuai bahan yang kamu baca.
2. Menemukan ‘way’ di sekitar teks = Ini dapat dilakukan dengan memunculkan pertanyaan seperti di bagian mana ringkasan chapter ditemukan, apakah sub- heading memberikan pandangan struktur dari chapter itu, apakah setiap section memiliki tambahan dan mendukung bahan bacaan atau bukti atau contoh dari ringkasan pernyataan, dan pertanyaan lainnya.
3. Membuat keputusan mengenai keserasian teks = Ini berfungsi untuk memilih buku yang tepat untuk suatu tugas dan juga peningatan proses belajar atau konseptualisasi ide. Kemudian kecocokan teks untuk pelajaranku dan teksnya dapat dipertanggungjawabkan.
Membaca Aktif
Menjadi seorang pembaca aktif akan membantu menguasai informasi yang terdapat pada teks dan membuat berbagai macam catatan. Tahapan pertama yaitu sebelum membaca dimana menanyakan dirimu beberapa pertanyaan untuk preview dan prediksi. Kemudian tahapan selama membaca dimana mewarnai kode – kode informasi yang ada maksudnya yaitu mencari bagian yang paling efektif yang untuk ditiru yang relevan dan krusial dengan tugasmu. Tindakan ini akan efektif jika seseorang mengetahui tujuan membaca dan apa yang dicarinya.
Mengembangkan Strategi Membaca
Strategi membaca dengan SQ3R dimana terdiri atas survey teks, Question, Read, Recall dan Review. Sedangkan strategi membaca jurnal yang mempunyai bahasa tinggi dibandingkan text book yaitu dengan membaca abstrak yang berisi ringkasan artikel dan kesimpulan dari jurnal. Strategi membaca jurnal lainnya yaitu dengan membaca detail dan analisis serta evaluasi penemuanmu.
Menjadi Pembaca Kritis
Membaca kritis diperlukan untuk membuat pendapat mengenai bagaimana teks itu diperdebatkan. Kamu seharusnya membaca teks seluruhnya untuk mendapatkan dasar dari isi bacaan sebelum melakukan membaca kritis. Kuncinya yaitu jangan sekedar membaca hanya untuk mendapatkan informasi (surface approach) tetapi membaca untuk menggunakan cara berpikir mengenai permasalahan subject (deep approach).
Getting The Most From Lecture
Tindakan yang dilakukan yaitu membuat efektivitas catatan pre-lecture dan download beberapa unit catatan. Kemudian dilakuakan menyerap informasi selama perkuliahan dengan memutuskan bagaimana cara mengumpulkan informasi dalam perkuliahan dan apa yang akan dilakukan dengan informasi tersebut setelah perkuliahan.

Nasionalisasi Bolivia

Evo Morales telah melakukan nasionalisasi industry minyak dan gas di Bolivia dari perusahaan asing pada 2006 setelah permintaan dari rakyatnya dan memenuhi janji utama pada masa kampanyenya. Tindakan dilakukan dengan renegosiasi atas seluruh kontrak karya pertambangan. Lain dan akan ada kompensasi terhadap korporasi asing bila Bolivia terpaksa melakukan nasionalisasi. Pada 1 Mei 2006 dekrit Presiden Nomor 28701 tentang nasionalisasi industri migas diterbitkan. Hal ini berdampak pada dicapainya rate dari pajak dan royalti 50-80% dengan 44 kontrak baru dengan 12 perusahaan yang berbeda. Akibat dari nasionalisasi ini, Bolivia meraup dua miliar dollar AS pada 2007, dan empat miliar dollar AS per tahun pada tahun-tahun berikutnya. Bolivia juga menerima $1,6 Miliar dari penjualan gas, pajak dan royalti pada 2006, meningkat 40% dari tahun sebelumnya yang sebesar $600 juta . Hasil penerimaan ini dialokasikan untuk pelayanan publik seperti peningkatan pendidikan anak – anak.
Menurut saya, tindakan nasionalisasi yang dilakukan oleh Evo Morales sudah tepat, dikarenakan penerimaan yang diperoleh oleh Bolivia meningkat dan akhirnya berdampak pula pada penurunan angka kemiskinan dimana sebelumnya dua pertiga masyarakat Bolivia hidup dalam kemiskinan dan setengahnya berpendapatan kurang dari 1 dollar per hari. Tindakan nasionalisasi ini juga mengurangi eksploitasi 20 perusahaan asing di bidang minyak dan gas terhadap negara ini. Apalagi keuntungan dari proses nasionalisasi ini tidak semata-mata digunakan untuk kepentingan individu ataupun golongan tertentu tetapi untuk membantu permasalahan masyarakat sipil terutama yang menengah kebawah dalam mengatasi kemiskinan mereka. Di bidang politik juga menguntungkan masyarakat pribumi dan yang miskin dengan cara mempromosikan dan mendorong proses demokrasi, kebebasan serta pembangunan kualitas sumber daya manusia. Prinsip utama yang patut dicontoh oleh negara penghasil minyak lainnya yaitu migas hanya boleh diekspor setelah kebutuhan domestik Bolivia dipenuhi, walaupun demikian industry minyak setelah nasionalisasi menyumbang 6,7 % dari GDP negara miskin di Amerika Selatan ini.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa proses nasionalisasi membuat keuntungan bagi penerimaan negara yang akhirnya berdampak pada pengurangan kemiskinan, peningkatan pelayanan kepada public dan terciptanya kebebasan serta pembangunan SDM. Proses ini juga menghindari eksploitasi perusahaan asing dan membuat rakyat Bolivia dapat menikmati hasil alam mereka.

Daftar Pustaka

Kaup, Brendt.2007, Negotiating through nature: The resistant materiality and materiality
of resistance in Bolivia’s natural gas sector, University of Wisconsin – Madison, Viewed 4 April 2011, < www.elsevier.com/locate/geoforum>

Pilla, David. ‘Bolivian Energy Takeover Concerns Trade Credit Market’, Best's Review, June, pp. 7.

Rodriguez, Fransisco.2007, Bolivian hydrocarbon nationalization affects Repsol-YPF reserves, Americas Quarterly, Viewed 4 April 2011, .

Taylor, Bertie. 2006. ‘Bolivian hydrocarbon nationalization affects Repsol-YPF reserves’, Journal of Oil & Gas Investor, June, pp. 19.

Wertheim, Peter Howard. 2007. ‘Bolivia decrees foreigners may not export products’, Oil & Gas Journal, 21 May, pp. 32.

Kamis, 23 Desember 2010

Martumpol ( en France)

En Batak coutumier, il ya plusieurs événements et les partis, l'un d'eux est martumpol lieu avant la bénédiction du mariage.
Martumpol elle vient de la racine du mot "tumpol", ce qui signifie que face à face, face à face, et le dialogue. activités Martumpol impliqués dans un certain nombre de la famille fondée sur Dalihan Na Tolu, c'est à dire de la PARANAK et PARBORU. Patumpolon un engagement contraignant de la foi entre les époux, et des deux côtés de Paranak et Parboru, accompagné par les fonctionnaires comme une promesse. L'activité a été généralement lieu dans le bâtiment de l'église, pas en dehors de l'église. Il est étrange mais vrai. ORDRE DU JOUR HKBP l'intérieur, il n'ya pas de liturgie régissant ces accords. Qu'il ya maintenant lu une lettre parpadanan la mariée et le marié. Dans la mise en œuvre de la mariée et martumpol deux parties ont également mis en doute la possibilité de problèmes signifie que peuvent entraver le processus d'ouverture du mariage aux ménages en fonction de leurs croyances.
Après activités martumpol habituellement les deux parties, ou Parboru Paranak se réunissaient chacun avec sa famille pour discuter de l'application important dans le cadre de l'invitation, et les questions liées à la viabilité d'un caractère technique avec le processus du mariage, y compris un cortège de départs de l'activité jusqu'à ce que le processus de paulak marsibuhabuhai UNE escaliers et maningkir. Dans les villes et peut-être même dans les activités du village sont appelés «ulaon« conscient », de rationaliser le mariage coutumier tout à fait une journée à couper des choses qui n'ont pas besoin, ou les choses qui sont prestigieux. Ce serait bien si des activités sont également prévues martumpol comme un signe d'identité liquidés holong forme qui seront utilisés lors du processus afin que la bénédiction du mariage peut liquidés rôle tergarami, non seulement les accessoires de mariage.
martumpol pendant les rapports sexuels peuvent être considérés comme une période critique dans laquelle les deux parties ont à critiquer chaque étape du développement qui se passe et être prêt à faire face à la possibilité d'une défaillance dans le processus vers le mariage.